Bahaya terhadap kebakaran hutan
sering muncul pada musim-musim kemarau. Intensitas curah hujan yang
rendah, menjadikan tanah, pohon semak dan pepohonan lainnya menjadi
kering. Kemungkinan terjadinya kebakaran hutan ini menjadi salah satu
alasan pihak balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) menutup
pendakian untuk umum selama bulan Agustus 2012.
Selain mencegah kebakaran, penutupan
tersebut juga untuk memberikan kesempatan kepada flora di taman
nasional, khususnya disepanjang jalur pendakian untuk melakukan
pemulihan. Demikian beberapa alasan ditutupnya TNGGP, yang dituangkan
berdasarkan surat keputusan kepala balai TNGGP tertanggal 17 Juli 2012.
Dalam surat keputusan tersebut dijelaskan penutupan hanya untuk
pendakian umum. Namun, untuk wisata lainnya seperti curug Cibeureum,
atau Situ Gunung masih dibuka untuk umum.
Sementara itu gunung Lawu diperbatasan
Jawa Tengah dan Jawa Timur, dalam pantauan Ngarai.com hingga akhir
minggu ketiga Juli 2012, juga berada dalam potensi kebakaran tinggi.
Meskipun suhu terhitung dingin, namun curah hujan yang tipis membuat
banyak pohon menjadi kering. Jenis pepohonan yang terlihat kering secara
dominan merupakan rerumputan. Terutama rerumputan yang berada didaerah
dekat puncak. Hal ini sangat rentan sebagai pemicu terjadinya kebakaran.
Hanya tinggal disulut sedikit dan tiupan angin musim kemarau akan
mempercepat besarnya api. Maka, kebakaran hutan bisa terjadi.
Seperti itu juga pada jenis flora di
kawasan TNGGP, yang didominasi oleh tumbuhan tipe sub-alpine. Tipe
ekosistem ini dicirikan dengan adanya dataran yang ditumbuhi oleh
rumput-rumputan, bunga edelweiss, dan pohon-pohon kecil lainnya.
Tumbuh-tumbuhan ini tidak terlindungi oleh kanopi pohon besar. Sehingga,
akan terpapar langsung oleh sinar matahari sepanjang musim kemarau.
Sehingga menyebabkan tumbuhan tersebut menjadi kering dan sangat mudah
sebagai bahan terjadinya api.
Jika kita melihat tiga unsur terjadinya
api. Kondisi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ini, sudah hampir
memenuhi. Tiga unsur api tersebut yakni adanya bahan bakar, oksigen, dan
panas. Tumbuh-tumbuhan kering yang ada di taman nasional merupakan
bahan bakar yang sangat baik. Kemudian, keberadaan oksigen pun sangat
berlimpah di alam semesta. Unsur yang ketiga ini adalah panas. Jika
ketiga unsur tersebut bertemu pada satu waktu, api akan terbentuk. Jika
api dibiarkan pada sumber bahan bakar yang berlimpah, maka memungkinkan
terjadinya kebakaran hutan.
Untuk mencegah terjadinya api bahkan
hingga kebakaran. Hal yang dapat dilakukan adalah menghilangkan salah
satu unsur pembentukan api. Dari ketiga unsur pembentuk api, yang paling
mungkin untuk dihilangkan adalah unsur yang ketiga yakni panas. Faktor
panas ini hampir sebagian besar disebabkan oleh manusia, seperti puntung
rokok, api unggun, dan pembakaran hutan untuk pembukaan lahan.
Sedangkan, faktor panas yang disebabkan oleh alam seperti sambaran
petir. Namun, hampir tidak mungkin terjadi. (Jamaludin/Sulung Prasetyo).
0 Komentar
Terima kasih sudah membaca, silahkan tinggalkan komentar!!